Jakarta (ANTARA) - Indonesia akan mengarahkan komitmen bantuan perubahan iklim Norwegia sebesar 1 miliar dolar AS untuk penyelamatan hutan gambut yang semakin memprihatinkan di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
"Akan kita arahkan ke kawasan-kawasan gambut, soal itu akan dicoba dibahas dengan gubernur-gubernur. Bagi kita bantuan itu makin membuat kita optimis," kata Menteri Lingkungan Hidup (LH) Gusti M Hatta di Jakarta, Senin.
Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Oslo, Norwegia, 27 Mei, dalam rangka menghadiri konferensi internasional membahas perubahan iklim dan hutan yang dihadiri perwakilan dari puluhan negara.
Bersama PM Norwegia, Jens Stoltenberg, Presiden RI akan memimpin konferensi yang akan membahas secara khusus mekanisme pengurangan emisi dari penggundulan dan pengrusakan hutan di negera berkembang (REDD+).
Konferensi ini, bertujuan memfasilitasi kemitraan sukarela antara negara-negara maju dan negara berkembang yang memiliki hutan tropis untuk pelaksanaan REDD+ dengan komitmen pendanaan total 3,5 miliar dollar AS.
Tetapi selain membahas lebih lanjut pertemuan Kopenhagen yang menjanjikan kucuran dana sebesar total 3,5 milyar dollar AS bagi negara-negara berkembang selama kurun 2010-2012, Indonesia juga akan menandatangani letter of intent dengan Norwegia untuk pendanaan perubahan iklim sebesar 1 miliar dollar AS.
"Sejauh ini banyak yang berkomitmen memberikan dana perubahan iklim, ada AS, ada Jepang, Australia, Inggris, Perancis, Jerman, tapi belum ada satupun yang nyata," ujar Menteri.
Pihaknya, lanjut Menteri, sudah ke Australia untuk menanyakan hal itu dan berharap bantuan-bantuan dalam kerangka perubahan iklim dapat dinikmati masyarakat sekitar hutan hingga 50 persen, 10 persen saja untuk pusat dan sisanya kembali ke daerah pemilik hutan.
Sementara itu, mengenai Sekretaris Eksekutif Konvensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) yang baru Christiana Figueres yang menggantikan Yvo de Boer, menurut Staf Ahli Menteri LH bidang Lingkungan Hidup Global Liana Bratasida, cukup bagus.
"Christiana ini asal Kosta Rika dan sebagai tokoh lingkungan dari negara berkembang di Amerika Latin dia akan sangat memahami apa yang dibutuhkan negara-negara berkembang, katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar